Photobucket
Friday, September 15, 2006,1:02:00 PM
Pencuri waktu
Salah satu kisah nyata dari buku secret of the baby whisperer for toddlers. Ketika gue baca sampe bagian ini… gue jadi ngakak sendiri… bener2 lucu… jeff gue suruh baca juga jadi ngakak banget… coba deh baca…

Ini cerita tentang Neil anak pasangan Mallory dan Ivan. Mallory menjelaskan bahwa di rumah mereka, ritual tidur neil dimulai jam 19.30 dengan acara mandi, yg dia senangi. “masalahnya,”Mallory memulai,”kami kesulitan mengeluarkannya dari bak mandi. Saya memperingatkannya dua atau tiga kali dengan berkata,”baiklah neil, mandi sudah hampir selesai.”

“Tetapi ketika dia merengek,saya mengalah :”Baiklah…lima menit lagi.” Lima menit berlalu, saya mengingatkannya,”Neil , sekarang keluarlah.” Dia terus rewel dan merengek, dan saya kembali mengalah seraya berkata, “Baiklah, tapi ini yg terakhir. Selesaikan memencet botol air dan bermain bebek, agar kamu bisa keluar dari bak dan siap tidur.”

“Setelah lima menit, akhirnya saya memutuskan :”Baiklah, selesai sudah.” Saya berkata tegas. “Keluar dari bak sekarang.” Pada saat itu dia memutuskan menjauhi saya dan saya kesulitan menangkap tubuhnya yg licin. “Ayo ke sini Neil,” desak saya. Dia seperti mengunci tubuhnya, menendang, mengeliat-geliat, dan protes,”tidak! tidak! tidak!”

“Dia melepaskan diri dari gendongan saya, basah kuyup, dan berlari ke kamarnya. Saya mengikuti jejak kaki basahnya di karpet, terengah-engah mengejarnya, menangkapnya, mengeringkannya, dan berjuang mengenakan pakaian tidurnya. Saya mulai memohon,”Ayo ke sini… tolong pakai piyamamu…sini ibu pakaikan bajumu.”

“Akhirnya saya berhasil memasukkan piyama ke kepalanya, dan dia mulai menjerit,”aduh, aduh!”

“Saya merasa tidak enak. “Oh, kasihan Neil,”gumam saya. “Ibu tidak bermaksud menyakitimu. Apa kamu baik2 saja?”

Pada saat ini dia malah tertawa, jadi saya melanjutkan pekerjaan saya. “Baiklah, saatnya naik ke tempat tidur. Karena kamu mandi terlalu lama, maka malam ini kita hanya punya waktu untuk membaca satu cerita. Pilihlah buku yg kamu inginkan. “Neil pergi ke rak buku. “Kamu ingin yg itu?” saya bertanya sambil menarik beberapa buku dari rak dan menurunkannya ke lantai. “Bukan? Yang ini? Oh, yang itu.” Saya pikir lebih baik saya tak mengacuhkan buku yg berantakan di lantai, meskipun saya merasa terganggu, karena saya akan perlu waktu setengah jam untuk membuatnya mau membereskan ruangan, dan harus diakui sayalah yg lebih banyak membereskan kamarnya daripada dia sendiri.

“Tetapi minimal hari ini akan segera berakhir. Dengan buku di tangan, saya berkata padanya, “Baiklah, naiklah ke ranjang besarmu.” Dia masuk ke bawah selimut. Saya sedikit memeluknya dan mulai membaca untuknya, tetapi dia masih sangat aktif dan tidak mau bekerjasama, membalik halaman buku bahkan sebelum saya selesai membacanya. Tiba-tiba dia bangun, berdiri di tempat tidur, berusaha merebut buku dari tangan saya. “Berbaringlah, Neil, kata saya, “Ini jam tidur.”

“Akhirnya dia berbaring, tampaknya agak melunak, saya mulai menarik nafas lega. Saya berkata pada diri sendiri, mungkin malam ini akan lebih mudah, tetapi sejenak kemudian matanya membuka, dan dia berkata keras,”aku mau minum.” Rasanya tidak mungkin lebih mudah deh, kata suara dalam diri saya.

“Baiklah, ibu akan mengambilkan air untukmu,”saya menawarkan diri, tetapi begitu saya hendak meninggalkan kamarnya, dia menjerit. Saya mengenal jeritan itu : jangan tinggalkan aku. “Baiklah, kamu boleh ikut,”kata saya mengalah karena tahu jika saya tidak membiarkannya ikut, perang dunia ketiga akan pecah. Saya menggendongnya turun ke ruang bawah. Dia minum beberapa teguk kecil – dia tidak sungguh2 haus (tidak pernah!), lalu kami balik ke atas. Ketika saya membaringkannya di tempat tidur, pandangannya menangkap sesuatu, dan dia duduk, berusaha keluar dari tempat tidur.

“Pada saat itu saya sudah tidak tahan. Saya meletakkan tangan di pundaknya dan meninggikan suara,”Kembali ke tempat tidur , sekarang, anak muda. Jangan sampai ibu mengatakannya lagi. Ini sudah malam dan kamu harus tidur.” Saya mematikan lampu, tetapi dia menangis dan memegangi saya kuat2.

“Saya tidak sanggup menghadapinya. “Baiklah,”kata saya kesal,”ibu akan menyalakan lampu. Kamu ingin cerita lain? Tapi ini yg terakhir ya. Berbaringlah, dan ibu akan membaca.” Pada saat ini, apapun yg saya katakan seolah tidak ada gunanya. Dia berdiri di sana, kaku seperti papan, air mata mengalir di pipinya. Dia tidak bergerak. “Berbaringlah, Neil,” saya mengulangi. “Tolong. Ibu tidak akan mengatakannya sekali lagi.” Saya bertahan.

“Dia tidak mau bergerak. Kemudian saya mencoba mengalihkan perhatiannya : “ini, kata saya sambil menjulurkan buku padanya. “Bantu ibu membuka halamannya. “Tidak terjadi apa-apa. Sekarang saya mengancam, “Baiklah, Neil, berbaringlah atau ibu akan pergi. Ibu serius – Ibu akan pergi ke luar. Jika kamu tidak mau berbaring, ibu tidak akan membacakan cerita.” Akhirnya ia berbaring.

“Saya membaca sebentar dan saya melihat dia mulai tertidur, jadi saya bergerak dengan sangat hati2 agar tidak mengganggunya. Tetapi matanya tiba2 membuka. “tidak apa-apa, ibu di sini,”kata saya menyakinkannya.

“Ketika akhirnya dia menutup mata lagi, saya menunggu beberapa menit dan dengan sangat hati2 menurunkan satu kaki ke lantai. Saya menahan nafas. Dia mengeratkan pegangannya pada tangan saya. Jadi saya berbaring di sana, tidak bergerak sedikitpun, menunggu beberapa menit lagi. Kemudian saya berusaha meluncur turun dari tempat tidur. Saya hampir berhasil ketika tiba2 Neil membuka matanya. Saya setengah menggantung di tempat tidur. Saya berkata pada diri sendiri, satu gerakan salah, maka saya akan terjatuh ke lantai dan semuanya akan berakhir. Tetapi dia tenang kembali. Saya menunggu. Pada saat ini kaki saya sudah kebal dan tangan saya kejang.

“Akhirnya saya bergulir ke lantai, merangkak menuju pintu. Berhasil! Pelan-pelan saya membuka pintu…. Dan sungguh mengerikan, pintu itu berderit. Oh, tidak! Benar juga, saya mendengar suara kecil di sini lain kamar : “jangan ibu, jangan pergi tidur!”

“Saya meringis. Ibu di sini, sayang. Ibu tidak pergi kemana2.” Tetapi kata2 saya hanya terbawa angin. Neil mulai menangis. Jadi saya kembali lagi ke tempat tidurnya dan berusaha membujuknya. Dia ingin saya membacakan cerita lain. Saya rasanya ingin meninju atau mencekiknya, tetapi saya membaca cerita lagi…”

Suara Mallory menghilang. Ia malu mengakui bahwa prosesnya dimulai kembali dari awal. Neil tidak tidur sampai jam 23.00, pada saat mana Mallory diam2 kembali merangkak ke luar kamar. “Saya naik ke tempat tidur, kelelahan setiap malam,”katanya, “dan saya berpaling ke Ivan yg sedang menonton telivisi atau membaca, jelas tidak menyadari bahwa saya baru saja ditawan selama 3 jam oleh anak kami. Ketika saya berkata,”lagi-lagi malam neraka”, ia tampak bingung. Ia berkata,”saya kira kamu ada di ruang kerja, mengurus tagihan atau mengerjakan yg lain.” Saya memberitahukan padanya, dengan suara mengandung dendam,”baik, besok malam giliranmu.”

Gue mulai merasa kenneth sudah sedikit seperti si Neil ini. Sekarang dia kalo tidur mesti gue temani… heran.. kenapa bisa begini. Tadi gue taroh dia di tempat tidur gue dia diem aja…. Gue pikir tidur, tapi ketika mbak Rima masuk kamar buat naroh baju yg udah disetrika dia bilang dia nggak tidur tapi mainan ama guling yg gue taroh di kiri kanan dia. Ya udah gue biarin… eh.. tadi dia ngeluarin suara manggil, suaranya siy udah gue kenal yaitu kalo celananya basah. Ya ampunnn… posisi awal gue naroh dia tuh vertikal seperti kalo gue lagi tidur, kiri kanannya gue kasi guling… tapi ketika gue masuk kamar.. udah jadi horisontal dan larinya jauh banget… dari posisi agak ke bawah tempat tidur jadi di atas kepala tempat tidur dan melintang lagiiii. Untung nggak jatoh. Ngeliat gitu.. akhirnya gue bawa aja dia keluar duduk di kursi getarnya, trus gue setelin baby einstein sementara gue lagi ngetik. Terakhir dia tidur tuh jam 8 pagi.. dan sekarang udah hampir jam 1 siang dia masih nggak tidur2 juga. Udah mulai bosen siy ama tontonannya…. Bentar lagi deh gue coba bobo-in lagi. Duhh kalo gini terus siy gue jadi susah ngapa2in…. 

Labels:

 
posted by l3l1 | Permalink |