Photobucket
Tuesday, October 10, 2006,12:01:00 PM
EMPENG, PERLU ENGGAK SIH?
EMPENG, PERLU ENGGAK SIH?
Perlu tidaknya tergantung pada "indikasi".

Penggunaan empeng pada bayi masih menjadi kontroversi. Kelompok yang
kontra beranggapan, empeng bisa menyebabkan serangkaian dampak kesehatan. Tidak
hanya gangguan gigi dan mulut, tapi juga diare. Tidak sedikit pula yang menuduh
empeng sebagai penyebab anak sulit makan dan ketidakmandirian.

Terlepas dari semua itu, ada beberapa orangtua yang merasakan manfaat
positif empeng. Salah satunya Lia, sebut saja begitu. Menurut ibu satu anak ini,
empeng cukup membantu anaknya yang baru berusia 4 bulan untuk tenang. "Habis dia
sering rewel. Segala cara sudah dicoba tapi tak berhasil. Saya jadi sulit
menemukan waktu istirahat sehingga produksi ASI berkurang. Untunglah, setelah
dikasih empeng tangisannya pun berhenti."

Ia juga mengatakan, kebiasaan mengisap jari berkurang sejak anaknya kenal
empeng. Meski begitu, dia mengaku membatasi penggunaan empeng. "Sebelum tidur
saya akan kasih empeng, tetapi sesudah dia pulas saya mencabutnya kembali."

RAMBU-RAMBU BIJAK

Sikap bijaksana memang diperlukan dalam hal penggunaan empeng, antara
lain:

* Seperti dikemukakan Spesialis anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Dr.
Najib Advani, Sp.A (K), MMed.Paed, "Gunakan empeng hanya jika ada indikasi."
Misalnya, si kecil teramat rewel meski sudah dicoba diatasi dengan berbagai
cara. Empeng bisa menjadi alternatif membuat anak tenang. Namun jangan biasakan
memberikan empeng setiap kali anak rewel tanpa mau tahu apa penyebab kerewelan
itu sendiri. Bukankah kerewelan seorang anak bisa disebabkan berbagai faktor.
Bisa karena kesepian dan ingin diajak main, kepanasan, kedinginan, tidak nyaman
karena popoknya basah, atau tidak merasa aman. Siapa tahu dengan mengatasi
penyebabnya, anak bisa kembali tenang tanpa empeng. Pendapat senada disampaikan
pula oleh psikolog perkembangan anak, Mayke S. Tedjasaputra, MSi., dari Lembaga
Psikologi Terapan Universitas Indonesia "Meski empeng boleh dibilang sangat
berjasa menenangkan anak untuk sementara waktu, tapi jangan sampai dijadikan
sebagai alat utama untuk menenangkan anak. Orangtualah yang harus lebih dulu
dapat membuat anak merasa aman dan nyaman. Tentu saja dengan lebih dulu mencari
penyebab mengapa anak gelisah atau sering menangis kemudian segera mencoba
menanggulanginya."

* Empeng bisa menjadi teman tidur bagi bayi yang luar biasa rewel. Umumnya
anak seperti ini memerlukan kondisi tenang sebelum bisa tertidur. Empeng bisa
menjadi alternatif jika cara-cara lain, seperti mendongeng, mengusap-usap bagian
tubuh tertentu tidak bisa membuatnya tenang. Jadi, jangan gunakan empeng jika
anak tidak memiliki gangguan sebelum tidur. Yang tak kalah penting, orangtua
juga mesti cepat-cepat mencopot empeng jika anak terlihat sudah tertidur pulas.
Dengan demikian, dampak negatif penggunaan empeng dalam jangka waktu lama bisa
dihindarkan.

* Jangan sekali-kali menggunakan empeng untuk menunda makan atau menyusu.
Orangtua sedari awal sudah bisa membedakan jenis tangisan anak, apakah si kecil
menangis lantaran lapar, haus atau bukan. Selain bisa membedakan jenis tangisan
buah hatinya, orangtua juga tahu ha-rus tahu jadwal dan frekuensi menyusui.
Segera susui atau beri makan anak jika dia memin-tanya. Jangan pernah menundanya
dengan memberi empeng hanya karena pertimbangan "praktis", semisal si ibu tak
mau repot. Pembiasaan seperti ini akan membuat pertumbuhan anak terganggu karena
kurangnya asupan nutrisi.

* Saat melakukan berbagai aktivitas dengan anak, usahakan empeng tidak
menempel di mulutnya. Dengan begitu, penggunaan empeng tidak menghambat proses
stimulasi. Bersama anak, buatlah jadwal aktivitas yang teratur. Misalnya kapan
anak bermain, bereksplorasi dengan lingkungannya, termasuk aktivitas mengajak
anak berkomunikasi.

* Hentikan penggunaan empeng secara bertahap di usia 7 bulan sampai 1
tahun. Soalnya, selepas usia setahun, anak tidak berada dalam fase oral lagi
sehingga keinginannya untuk mengisap-isap atau menggigit-gigit benda tidak
sekuat usia sebelumnya. Alihkan perhatian anak pada aktivitas lain yang
menyenangkan sekaligus mampu mengasah keterampilannya.

Semestinya, di usia 2 tahun anak sudah dapat berhenti mengempeng. Ia sudah
bersosialisasi dengan lingkungan luarnya. Pemakaian empeng terlalu lama tentu
bisa berdampak psikologis pada anak. Anak umumnya menjadi bahan ledekan
teman-temannya. Tentu perla- kuan semacam itu sangat potensial membuat anak jadi
rendah diri.

* Hindari pemakaian berlebihan. Dalam kesempatan terpisah, Prof. Dr. Drg.
Retno Hayati, Sp.KGA dari RS Pondok Indah, Jakarta, bahkan menegaskan tidak ada
manfaat yang berarti dari empeng. Ini berbeda dari botol susu yang berjasa
menyuplai asupan nutrisi. Meskipun tidak sekeras jari, empeng juga bisa
menyebabkan gigi tonggos jika durasi dan frekuensi penggunaannya sudah
berlebihan. Artinya, semakin sering empeng digunakan, maka kemungkinan mengalami
gigi tonggos akan semakin besar. Cara penggunaannya juga turut berpengaruh.
Soalnya tidak sedikit bayi yang hobi menarik-narik empengnya ke atas. Cara ini
dapat berpengaruh pada pertumbunan rahang, gigi, dan mulut si kecil. Penggunaan
empeng hingga lebih dari usia 2 tahun juga bisa memperparah kondisi tersebut.

Oleh karenanya, hentikan secara bertahap penggunaan empeng ketika usia
anak masih di bawah 2 tahun. Alasannya, rahang masih bisa melakukan koreksi
dengan sendirinya sesuai dengan bentuk rahang dan posisi gigi. Namun selewat
itu, kelainan bentuk rahang dan gigi sulit dikoreksi.

Mengapa? Karena saat mengi-sap empeng, rahang atas secara refleks akan
maju ke depan. Sementara rahang bawah ber-gerak ke arah sebaliknya atau
terdorong masuk ke mulut. Perubahan posisi gigi juga besar kemungkinannya
terjadi jika anak mengempeng. Akan tetapi anggapan ini masih memerlukan
pembuktian lebih lanjut lewat penelitian. Soalnya, banyak juga anak yang tidak
mengalami dampak apa-apa meskipun menggunakan empeng.

Penelitian yang ada saat ini baru menyebutkan, kebiasaan mengisap jari
yang berlebihan bisa mengganggu pertumbuhan rahang dan gusi. Selain itu, bentuk
bibir juga berkemung-kinan mengalami perubahan karena mengikuti rahang. Bibir
jadi sedikit maju ke depan. Tentu saja kondisi ini akan semakin parah bila anak
memiliki "berbakat" memiliki gigi maju. Jadi, hentikan penggunaan empeng
jauh-jauh hari sebelum anak merasa terganggu dengan penampilannya kelak.

TIP MEMILIH EMPENG

* Meski dapat dibeli tanpa resep dokter, konsultasikan dulu pada dokter
mengenai pilihan empeng yang tepat bagi bayi Anda. Ini meliputi ukuran
besar-kecilnya empeng, maupun bahan yang digunakan untuk empeng tersebut.

* Jangan pilih empeng yang terlalu kecil dan terpisah karena mudah lepas
dan selanjutnya bisa tertelan bayi.

* Pilihlah empeng yang lembut dan orthodontic sehingga aman diisap bayi.

* Bersihkan secara teratur. Untuk bayi di bawah 6 bulan hendaknya sebelum
dipakai empeng disterilkan terlebih dulu. Sedangkan untuk bayi di atas 6 bulan
cukup disiram air panas kemudian diseka hingga bersih. Ingat, empeng yang kotor
dapat menjadi tempat perkembangbiakan bibit penyakit penyebab diare.

DIBUAT UNTUK MEMUASKAN BAYI

Awalnya, empeng dibuat untuk memuaskan kebutuhan bayi (pacifier). Ini
karena berdasarkan tahapan perkembangan menurut teori Sigmund Freud, di usia
0-12 bulan bayi berada dalam fase oral. Dalam fase ini bayi mencari kepuasan
dengan cara mengisap-isap benda yang ada di dekatnya. Tak heran jika bayi sering
terlihat asyik mengisap jari, ujung bantal, selimut, kertas, mainan dan benda
apa pun yang berada dalam jangkauannya.

Kalaupun kebiasaan mengisap jari menjadi pilihan favorit, tak lain karena
jari merupakan bagian tubuh yang paling dekat sekaligus mungil ukurannya
sehingga amat mudah dimasukkan ke dalam mulut. Kebiasaan ini cukup merisaukan
orangtua karena banyak penelitian yang mengungkapkan dampak buruk kebiasaan
mengisap jari. Salah satunya adalah gangguan pembentukan gigi dan rahang.
Kuatnya isapan jari membuat gigi anak terancam tonggos. Selain itu, keberadaan
jari yang bisa dimasukkan ke mulut kapan dan di mana saja, membuat bayi sulit
menghentikan kebiasaan ini, sehingga akhirnya sangat mungkin terbawa sampai anak
memasuki usia sekolah.

Selain itu, tidak sedikit anak yang mencoba menenangkan diri dari
kegelisahannya lewat mengisap jarinya. Tidak cuma itu. Di masa eksplorasi,
tangan dan jari-jemarinya kerap digunakan anak untuk memegang dan meraih
benda-benda di dekatnya, termasuk benda-benda yang kotor dan tidak higienis.
Akibatnya, tangan si kecil potensial menjadi sumber penularan penyakit seperti
diare. Jarinya pun bisa mengalami penebalan yang kerap diistilahkan kapalan
gara-gara sering diisap.

Itulah sebabnya, para pakar kemudian mencoba mencarikan solusi. Salah
satunya dengan membuat empeng guna memenuhi kebutuhan mengisap-isap pada bayi.
Model dan bentuk empeng pun dibuat sedemikian rupa sehingga dampaknya tidak
seburuk mengisap jari. Tak heran kalau empeng kemudian menjadi alat ampuh untuk
menenangkan kerewelan bayi.

KIAT MELEPAS EMPENG

Menghentikan kebiasaan mengempeng seharusnya jauh lebih mudah dibandingkan
menghentikan kebiasaan mengisap jari. Toh, empeng bukan bagian dari tubuh bayi.
Namun, sulit atau tidaknya sangat ditentukan seberapa jauh bayi Anda memiliki
ketergantungan pada empeng.

Usaha orangtua dalam mengupayakan ketekunan, kesabaran, ketegaran dan
kreativitas mencari cara ternyata cukup berpengaruh. Selain itu, kedekatan
hubungan orangtua?anak juga ikut menentukan keberhasilan. Anak umumnya akan
lebih kooperatif dengan merespons ajakan orangtua apabila ia merasa dipenuhi
kebutuhannya untuk dicintai (dikasihi) dan diperhatikan.

Tentu saja dalam hal ini karakter anak ikut bicara. Si kecil yang
bertemperamen "keras kepala", tentu membutuhkan usaha ekstra dari orangtuanya.
Tidak mudah memang karena orangtua harus membentuk kebiasaan baru pada anak
untuk tidak menggunakan empeng.

Ada beberapa cara yang bisa dicoba, di antaranya:

* Tidak membeli empeng baru jika yang lama telah rusak.

* Aturlah penggunaan empeng menjadi semakin lama semakin jarang. Misalnya,
hanya dipakai menjelang tidur dan tidak diberikan selama anak berada dalam
keadaan "terjaga".

* Jika anak rewel, bujuklah dan ajaklah ia bermain atau melakukan
aktivitas lain yang menyenangkan agar perhatiannya teralih dari empeng. Dengan
demikian, anak mendapatkan aktivitas pengganti yang lebih mengasyikkan ketimbang
mengempeng.

* Gantilah empeng dengan mainan gigitan/teether. Selain fungsinya hampir
mirip dengan empeng, penggunaan mainan gigitan juga dianggap bermanfaat untuk
mempercepat erupsi gigi susu.

EMPENG UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Sebagian kecil penyandang kebutuhan khusus ada yang dianjurkan menggunakan
empeng. "Empeng membantu kemampuan mengisap pada bayi dan anak berkebutuhan
khusus," aku Jeri Novaro Sumual, terapis dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Jakarta. Tentu saja dengan pemilihan empeng yang tepat dan frekuensi
serta durasi penggunaan yang pas.

Namun, tidak semua pasien yang mengalami gangguan pengisapan bisa diatasi
dengan pemberian empeng. Tergantung penyebab dan berat ringannya kasus. Bila
gangguan pengisapan muncul akibat terganggunya pusat saraf, tentu saja
penggunaan empeng nyaris tidak memberikan manfaat apa pun alias sia-sia. Yang
pasti, penggunaan empeng untuk terapi harus dikonsultasikan dengan terapis.

Saeful Imam.

http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=07359&rubrik=bayi

Labels:

 
posted by l3l1 | Permalink |


0 Comments: