Photobucket
Wednesday, October 11, 2006,12:17:00 PM
Suapan Pertama Penuh makna
Suapan Pertama Penuh makna

Makan adalah “pelajaran” baru bagi si kecil yang mulai mengenal makanan padat. Dan ternyata, banyak “keterampilan” yang harus ia kuasai.

Memasuki usia enam bulan, susu bukan lagi satu-satunya makanan bagi bayi Anda. Tapi, tunggu dulu. Anda tidak bisa langsung memberikan makanan padanya. Sebab, “pelajaran” makan si kecil haruslah berlangsung secara bertahap.

Kapan ia siap makan?
Kemampuan bayi untuk makan makanan padat memang tidak sama. Sekalipun demikian, para ahli sepakat, umumnya kesiapan bayi untuk makan makanan padat pertamanya berkisar antara usia 6–8 bulan.
Meski begitu, jangan mentang-mentang usia si kecil sudah 6 bulan, lalu Anda langsung bersemangat “menjejalinya” dengan seabrek makanan padat, hanya karena khawatir ia ketinggalan dari teman-teman seusianya! Umumnya, otot mulut bayi belum dapat mengunyah dan menelan makanan padat sampai usia 4–6 bulan. Maka, jangan heran kalau lidah si 6 bulan Anda malah “mendorong” makanan ke luar mulut mungilnya. Lihat-lihat dulu kemampuannya. Bila tidak, bisa-bisa urusan makan ini malah jadi runyam! Kalau sudah begini, apa yang bisa Anda lakukan?
Yang pasti, ketika memperkenalkan makanan padat, sistem pencernaan si kecil harus benar-benar “matang”. Pokoknya, sudah siap tempur untuk memproses berbagai jenis makanan baru yang masuk. Kalaupun Anda terlalu dini memperkenalkan makanan padat, bayi Anda malah lebih mudah terkena reaksi alergi. Jadi, tenang-tenang saja dulu.

Jangan coba-coba ambil jalan pintas!
Harus diakui, bukan hal yang mudah jika si kecil Anda susah banget belajar mengunyah dan menelan makanan. Sekalipun kepentok di sana-sini, jangan lantas ambil jalan pintas dengan cara memberikan makanan padat melalui botol.
Tahukah Anda, cara pemberian makanan seperti ini nggak aman-aman amat! Malahan, ini dapat meningkatkan risiko si kecil tersedak. Kok, begitu? Ketika Anda memberi makanan melalui botol (biasanya lubang dot akan diperbesar), makanan tadi akan langsung ditelannya. Jika ia belum pintar-pintar mengontrolnya, bukan tak mungkin ia langsung tersedak.
Bahkan, tak jarang, cara pemberian makanan ini justru menjadi salah satu penyebab anak “terlalu banyak” makan. Ia jadi cepat sekali menelan makanannya. Saking cepatnya, sekalipun perutnya sudah kenyang, sinyal yang bertugas memberitahu kalau dia sudah kenyang “tidak sempat” sampai ke otak. Akibatnya, dia minta tambah terus dan terus. Wah, jadi repot lagi.
Selain itu, pemberian makanan lewat botol tidak akan mengajari si kecil menggunakan rahangnya untuk mengunyah. Padahal, proses belajar mengunyah, dan juga menelan, kelak penting untuk kemampuan bicara dan pertumbuhan gigi.

Belajar tidak berhenti di mulut saja
Proses belajar makan si kecil memang tidak berhenti sebatas mulut mungilnya saja. Ia masih harus belajar disiplin melalui tatacara makan yang sudah terpola waktunya. Misalnya, ketika didudukkan di kursi makan atau dipasangkan celemek, ia sudah tahu kalau “upacara” makan sudah tiba. Atau, ketika mencium harumnya aroma makanan yang sedang Anda siapkan, ia harus sabar menunggu. Tampaknya sepele memang, namun semua itu merupakan rangkaian dalam proses belajarnya.
Juga, ia akan belajar bahwa aktivitas ini bisa mempererat hubungan dengan Anda, bunda tercintanya. Melalui kontak mata ketika Anda mengajaknya berbicara ketika mempersiapkan makanan atau duduk di hadapannya, ia tahu kalau Anda sangat menyayanginya dan memberikan perhatian penuh. Akan lebih baik lagi, bila Anda selalu tersenyum ketika menyuapinya. Ketenangan Anda dan cara Anda memperlakukannya sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar makan si kecil.

Kesabaran untuk tidak terburu-buru ketika menyuapi, kepekaan mengetahui kondisi anak, kreativitas dalam memilihkan menu, serta menciptakan suasana makan yang menyenangkan merupakan kunci utama kesuksesan Anda dalam memberi makan pada si kecil. Siapkah Anda untuk itu?


Boks 1:
“Tanda” Siap Makan

• Ia tampak lahap ketika diberi ASI.
• Ia kelihatan masih lapar, sekalipun baru selesai disusui.
• Ia sudah bisa duduk tegak, serta mengontrol leher dan kepala ketika didudukkan di kursi.

Boks 2:
7 langkah Sukses

Awalnya, memang tidak mudah menyuapkan makanan padat pada si kecil. Selama ini, ia terbiasa minum susu, baik ASI maupun susu formula, yang bentuknya cair. Sekali glek , susu akan “meluncur” dengan mulusnya, tanpa harus “menyangkut” dulu di sana-sini. Tapi, jangan keburu panik dulu. Berikut kiat suksesnya:
• Makanan jangan terlalu kental . Kalau kental, si kecil susah menelannya.
• Jangan masak banyak-banyak . Cukup sekitar 2-3 sendok teh dulu.
• Gunakan sendok bayi. Sendok seperti ini banyak tersedia di pasaran.
• Mulailah dengan seujung sendok. Lalu, sentuhkan ke ujung lidah mungilnya. Cara ini cukup efektif saat memperkenalkan rasa baru.
• Kalau si kecil menolak. Ini karena ia belum terbiasa disuapi dengan sendok atau masih asing dengan aneka rasa yang “ajaib”.
• Jangan pernah putus asa. Kalaupun makanannya keluar lagi, ini tidak selalu berarti ia tidak menyukainya. Reaksi ini terjadi karena otot-otot lidah dan mulutnya belum cukup terampil untuk menelan atau mengunyah.
• Bersabarlah. Membiasakan si kecil makan makanan tertentu perlu waktu. Cobalah sampai beberapa kali selama berhari-hari. Beri kesempatan padanya untuk “merekam” aneka rasa dalam memorinya. Dengan begitu, diharapkan ia tidak terlalu “pemilih” nantinya.

Boks 3:
Kalau si Kecil Sulit Makan

Si kecil enggan membuka mulut? Itu biasa! Tapi, jangan paksa terus menyuapinya. Suasana makan yang tidak menyenangkan pada perkenalan makanan padat pertama bisa-bisa berbuntut panjang. Kelak ia malah jadi “jagoan” sulit makan.
Kalau bayi Anda kelihatan menolak makanan yang Anda sodorkan, ajak bicara dan “tariklah” perhatiannya melalui cerita, mainan, dan gambar yang bisa menggugah selera makannya. Besok, coba berikan kembali makanan yang sama. Proses pengenalan rasa makanan baru bisa berlangsung sehari, namun bisa pula sampai seminggu. Jika sudah terbiasa makan berbagai jenis makanan, berikan secara bergantian. Biar tidak cepat bosan!

Boks 4:
Sepele, Tapi Tidak Remeh

• ASI tetap merupakan makanan utama dan terbaik sampai usia 1 tahun.
• Jangan tambahkan gula, garam atau penyedap lain dalam makanannya.
• Selalu gunakan sendok bayi, lalu langsung suapkan makanan. Jangan dicicipi dulu.
• Jangan gunakan sendok bayi untuk mencicipi apakah makanan cukup hangat atau tidak. Gunakan sendok Anda sendiri.
• Buang makanan yang tersisa di piring, dan jangan diberikan lagi. Bisa jadi sudah banyak bakterinya.
• Segera simpan makanan bayi siap pakai yang sudah terbuka dalam lemari es.
• Buang makanan bayi buatan Anda atau kemasannya sudah dibuka dan tersimpan di lemari es hingga lebih dari 3 hari. Dikhawatirkan sudah “dihinggapi” bakteri.
• Makanan yang sudah dibekukan tidak boleh dipanaskan lebih dari sekali. Sebaiknya, ambil untuk porsi sekali makan saja, lalu masukkan sisanya di lemari es.
• Perhatikan dan hargai “sinyal-sinyal” si kecil ketika kenyang. Jangan terus memaksa untuk menghabiskan isi piringnya.
• Jangan tinggalkan bayi sendirian pada saat makan


Panduan Pemberian Makanan Padat Pertama

Cari tahu kiat-kiatnya, dan ikuti langkah-langkahnya. Maka, kegiatan memperkenalkan makanan padat pertama bisa menjadi saat-saat yang menyenangkan, baik bagi Anda maupun si kecil.

Seringkali, di antara rasa bahagia dan bangga mengikuti proses tumbuh kembang bayinya, terselip rasa cemas dalam hati sang ibu. Mungkin, Anda juga kerap bertanya-tanya, “Kapan ya, buah hatiku siap menerima makanan padat pertamanya?” Atau, “Jenis makanan seperti apa yang sebaiknya diberikan, dan sebaliknya, yang harus dihindari?” Bagaimanapun juga, setiap orang tua tentu ingin anaknya senantiasa tumbuh sehat, aktif, ceria dan cerdas.

Cari saat yang tepat
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, d engan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI dinyatakan cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi yang normal sampai usia enam bulan. Selain itu, pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan ini dapat melindungi bayi dari risiko terkena infeksi saluran pencernaan.
Setelah enam bulan, pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Dengan kata lain, selain ASI, bayi membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain itu, bila MP-ASI tidak segera diberikan, masa kritis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan keterampilan mengunyah (6-7 bulan) dikhawatirkan akan terlewati. Bila ini terjadi, di kemudian hari bayi akan mengalami kesulitan untuk menelan makanan, atau akan menolak makan bila diberi makanan padat.
Pada usia 9-12 bulan, keterampilan mengunyah bayi semakin matang. Selain itu, pada usia ini, kepala serta tubuh bayi juga semakin stabil, sehingga memudahkannya mengembangkan kemampuan makan secara mandiri.

Berikan bertahap
Pemberian makanan padat pertama bayi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Mutu bahan makanan . Bahan makanan yang bermutu tinggi menjamin kualitas zat gizi yang baik.
• Tekstur dan konsistensi (kekentalan) . Mula-mula, beri bayi makanan yang lumat dan cair, misalnya bubur susu atau bubur/sari buah (pisang, pepaya, jeruk manis). Secara bertahap, makanan bayi dapat lebih kasar dan padat. Bayi yang telah berusia enam bulan bisa diberi nasi tim saring lengkap gizi. Memasuki usia delapan bulan sampai satu tahun, bayi mulai bisa diberi makanan yang hanya dicincang.
• Jenis makanan . Untuk permulaan, bayi sebaiknya diperkenalkan satu per satu jenis makanan sampai ia mengenalnya dengan baik. Tunggulah paling tidak empat hari sebelum Anda memperkenalkan jenis makanan yang lain. Selain bayi akan benar-benar mengenal dan dapat menerima jenis makanan yang baru, Anda pun bisa mengetahui ada tidaknya reaksi alergi pada bayi.
• Jumlah atau porsi makanan . Selama masa perkenalan, jangan pernah memaksa bayi menghabiskan makanannya. Umumnya, pada awalnya bayi mau menerima 1-2 sendok teh makanan. Bila ia telah semakin besar, Anda dapat memberikan porsi yang lebih banyak.
• Urutan pemberian makanan. Urutan pemberian makanan pendamping ASI biasanya buah-buahan, tepung-tepungan, lalu sayuran. Daging, ikan dan telur umumnya diberikan setelah bayi berumur enam bulan. Bila bayi menujukkan gejala alergi, telur baru diberikan setelah usianya satu tahun.
• Jadwal waktu makan harus luwes atau sesuai dengan keadaan lapar atau haus yang berkaitan dengan keadaan pengosongan lambung. Dengan demikian, saluran cerna bayi lebih siap untuk menerima, mencerna, dan menyerap makanan pada waktu-waktu tertentu.

Perhatikan gizi seimbang
Selama minggu-minggu pertama, pemberian makanan padat hanya ditujukan bagi perkenalan rasa dan tekstur makanan, bukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Perlu diingat, makanan utamanya masih ASI atau pengganti ASI. Jadi, ia hanya perlu diberi makanan padat sekali sehari. Selanjutnya, sejak minggu ke enam sampai ke delapan, tingkatkan jumlah dan jenis makanannya, sampai akhirnya ia mendapat makanan tiga kali sehari.
Saat bayi mulai bisa makan makanan yang ditim, baik tim saring maupun tim biasa, Anda sebaiknya mulai menerapkan gizi seimbang. Gizi seimbang ini bisa didapat dengan pemilihan bahan makanan yang beraneka ragam. Penganekaragaman disesuaikan dengan bahan makanan yang biasa dikonsumsi sesuai usia bayi.
Zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi adalah karbohidrat, protein, mineral (misalnya zat besi) dan vitamin (terutama vitamin C, B1 dan niasin). Bagaimana dengan lemak? Anda sebaiknya tidak memberinya makanan yang terlalu banyak mengandung minyak, santan, mentega atau margarin. Karena, lemak yang dikandung oleh bahan-bahan makanan ini akan memperberat kerja sistem pencernaan bayi.
Namun, mengingat beberapa jenis zat gizi, misalnya vitamin A, membutuhkan lemak agar dapat diserap oleh tubuh, maka nasi tim saring yang diberikan pada bayi sebaiknya ditambahkan sumber-sumber lemak tersebut. Misalnya, pada bayi usia enam bulan, nasi timnya dapat ditambah satu sendok teh minyak/margarin, atau satu sendok makan santan.
Hal lain yang harus Anda ingat, saat makanan padat menyelingi jadwal minum susu bayi adalah, ia perlu minum untuk memuaskan rasa hausnya dan membantu melancarkan kerja pencernaannya. Kebutuhannya ini sebaiknya Anda penuhi dengan memberinya minum air putih matang, sari buah segar atau makanan yang berkuah.

Ciptakan pengalaman yang menyenangkan
Pada dasarnya, cara pemberian makanan jangan terlalu memaksa bayi, yaitu dalam waktu yang cepat dan dalam jumlah yang banyak. Perlu diingat, bayi yang frustrasi cenderung akan bersikap lebih baik melawan daripada makan. Jadi, biarkanlah ia menikmati acara makannya. Bila pengalaman pertama ini menyenangkan, maka untuk selanjutnya segalanya akan menjadi lebih mudah.
Hal-hal yang dapat Anda lakukan, antara lain:

• Yakinkan bahwa bayi Anda merasa aman dan nyaman , baik di kursi makannya maupun di pangkuan/gendongan Anda. Bila menggunakan kursi makan yang tinggi, selalu gunakan sabuk pengaman yang tersedia untuk mengikat tubuhnya, agar tidak jatuh.
• Suasana makan yang nyaman akan menambah nafsu makan bayi. Pilihlah ruangan yang sirkulasi udaranya baik, tidak berisik, dan bersuhu sejuk. Bila perlu, beri ia makan sambil mendengarkan lagu kesayangannya atau sambil mendongeng.
• Lakukan kontak mata dan komunikasi . Bujuk dan rayu ia agar mau mencoba makanannya. Bayi perlu waktu untuk belajar mengunyah dan menelan. Mungkin, ia akan lebih banyak memuntahkan makanannya dari pada menelannya. Hal ini adalah normal.
• Sabar, sabar.... Jangan panik, bila ia mengalihkan pandangannya, memutar kepalanya, menolak membuka mulutnya, atau mendorong sendok berisi makanan yang Anda tawarkan padanya. Ajaklah dia bicara, lalu cobalah lagi. Bila ia masih menolak, hentikanlah untuk kali ini, lalu cobalah esok hari. Bila ia menolak, tunda pemberian makanan yang sama untuk beebrapa hari ke depan, lalu cobalah lagi.
• Biarkan bayi belajar makan sendiri . Memang, kegiatan ini akan membuat diri dan tempat di sekitarnya kotor, namun tanpa disadarinya keterampilan makannya akan semakin berkembang.
• Ajak si kecil makan di meja makan bersama anggota keluarga lain . Dengan demikian, ia akan melihat bahwa makan adalah acara yang menggembirakan, sehingga selera makannya timbul. Selain itu, kegiatan ini akan melatihnya bersosialisasi dengan orang lain.

Memang, perlu waktu dan upaya yang tak kenal lelah bila Anda ingin menerapkan pola makan yang baik bagi si kecil. Anda harus memprioritaskannya walau Anda mungkin disibuki dengan berbagai tugas, baik urusan rumah tangga, keluarga, maupun pekerjaan lain. Namun, bila semua berjalan lancar dan baik, Anda juga yang akan memetik hasilnya, selain si kecil tentunya. Pola makan yang baik merupakan salah satu faktor penting yang dapat menjamin kehidupan yang sehat dan masa depan yang baik bagi sang buah hati tercinta.

Boks:

Tanda-tanda Bayi Siap Menerima Makanan Padat

• Bayi tidak puas hanya dengan diberi ASI saja.
• Bayi menunjukkan ketertarikannya pada makanan yang Anda makan.
• Bayi yang telah tidur sepanjang malam, kini bangun lagi tengah malam dan menangis karena lapar.

Boks:
Bahan Makanan yang Sebaiknya Dihindari

• Bayi usia kurang dari 6 bulan
• Gandum, barley, havermout dan produk olahannya (aneka roti, aneka sereal) yang mengandung gluten (sejenis protein).
• Telur
• Kacang-kacangan dan biji-bijian, termasuk produk olahan kacang tanah seperti mentega kacang.
• Ikan dan kerang-kerangan
• Susu sapi segar atau susu formula, dan produk olahan susu, seperti yogurt.
• Jus buah yang rasanya asam, seperti jeruk lemon dan jeruk nipis.
• Bumbu masak atau penambah cita rasa, seperti garam, gula, kecap, madu dan bahan pemanis lainnya.

• Bayi usia 6-12 bulan
• Kacang-kacangan, terutama kacang tanah.
• Garam, gula, madu dan bahan pemanis lain.

• Bayi usia lebih dari 12 bulan
• Kacang-kacangan, terutama kacang tanah.
• Makanan diet atau makanan yang rendah lemak.
• Garam dan gula digunakan seminimal mungkin.

Boks:
Serba serbi Peralatan Makan Bayi

• Piring atau mangkuk yang baik untuk bayi adalah yang ukurannya tidak terlalu besar dan berbentuk bulat. Kalau bisa, pilihlah yang ada pegangannya, ada alasnya yang bisa menempel pada meja kursi makan, atau yang ada lapisan untuk diisi air panas agar makanan tetap hangat. Wadah makanan tersebut sebaiknya terbuat dari melamin atau plastik, sehingga tidak mudah pecah.
• Untuk bayi yang baru pertama kali diberi makanan padat, Anda sebaiknya menggunakan sendok yang tidak terlalu cekung, berujung bulat, dan tidak punya tepi yang tajam. Selain itu, pilihlah sendok yang bergagang panjang, terbuat dari plastik atau karet yang lunak dan fleksibel, sehingga tidak melukai gusi bayi. Pada saat bayi mulai senang memegang-megang sendok (usia 9-12 bulan), Anda dapat menggunakan sendok yang agak lebar dan pendek dengan gagang yang agak tebal.
• Cangkir yang tepat untuk bayi yang baru belajar minum adalah yang bentuknya tidak terlalu besar, kokoh, dan stabil. Lebih baik lagi bila Anda pilih cangkir bulat dengan dua pegangan dan bibir cangkir diberi tutup dengan desain khusus sesuai kebutuhan bayi. Pilihlah cangkir yang terbuat dari melamin atau plastik.
• Tadah liur dapat melindungi baju bayi dari makanan yang sedang dimakannya. Pilihlah tadah liur yang berbentuk setengah lingkaran dengan lingkar leher yang relatif longgar, sehingga memungkinkan bayi untuk bebas bergerak. Bila perlu, pilihlah yang terbuat dari handuk atau kain yang dilapisi plastik, sehingga makanan yang tumpah tidak membasahi baju bayi.
• Kursi makan khusus untuk bayi biasanya dilengkapi dengan sabuk pengaman, meja kecil (sebagai tempat menaruh mangkuk), serta sandaran. Bila bayi belum bisa duduk dengan tegak, Anda dapat menggunakan car seat atau menyuapinya dalam gendongan Anda.
• Sapu tangan handuk untuk membersihkan mulut dan wajah bayi, serta tikar/taplak plastik sebagai alas kursi makannya, agar Anda dapat membersihkan makanan yang jatuh dengan mudah.

Boks:
Yang Perlu Diingat

• Selalu mencuci bersih setiap bahan makanan yang akan diolah menjadi makanan bayi.
• Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan makanan bayi, terutama bila kontak dengan daging, telur, atau ikan mentah, dan sebelum memberi makan bayi. Selain itu, cuci juga tangan .bayi Anda.
• Talenan, pisau dapur serta peralatan lain yang digunakan harus segera dicuci setelah digunakan. Biarkan kering dengan cara diangin-anginkan, atau dikeringkan dengan lap bersih.
• Peralatan makan bayi, seperti mangkuk, sendok, dan cangkir, harus disucihamakan dulu sebelum digunakan oleh bayi.
• Jangan lupa untuk selalu memeriksa suhu makanan yang akan disuapkan pada bayi. Beberapa jenis mangkuk atau sendok makan bayi dilengkapi dengan sensor panas, sehingga memudahkan Anda untuk mengetahui apakah makanan tersebut masih terlalu panas untuk bayi atau tidak. Untuk tujuan yang sama, Anda bisa menaruh sedikit makanan di sebelah dalam pergelangan tangan Anda.
• Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan bayi. Ludah yang terbawa oleh sendok bayi akan menyebarkan bakteri.
• Makanan bayi hasil olahan sendiri dapat dibekukan dengan menggunakan cetakan es batu, lalu tutup dengan plastik sampai rapat. Beri label dan tanggal. Bila akan diberikan pada bayi, makanan beku tersebut dapat dipanaskan dalam panci (ditim), dikukus, atau menggunakan microwave (periksa apakah semua bagian makanan mendapat panas yang sama). Setelah mencair dan mendidih, biarkan makanan mencapai suhu kamar, baru disuapkan pada bayi.
• Makanan bayi yang dibekukan sebaiknya tidak dipanaskan lebih dari satu kali. Jadi, Anda sebaiknya mengambilnya dalam porsi sekali makan, dan biarkan sisanya tetap dalam lemari pembeku untuk dipergunakan lain waktu.
• Jangan menambahkan garam, gula atau madu. Garam dapat memaksa ginjal bayi yang belum berkembang sempurna untuk bekerja keras. Gula dapat merusak gigi bayi, dan madu membawa risiko infeksi bakteri C.botulism (bakteri penyebab keracunan makanan) .

Resep-resep:

• Bubur Kakap Brokoli
(6-9 bulan)

Bahan:
100 ml air
20 g daging ikan kakap, cuci, potong kecil-kecil
25 g brokoli, petik sesuai kuntum, cuci, potong kecil-kecil
10 g tomat matang, potong kecil-kecil
100 ml air masak hangat (+75° C)
2 sdm peres milna bubur khusus

Cara membuat:
• Rebus air sampai mendidih. Masukkan daging ikan kakap, masak hingga matang.
• Masukkan brokoli dan tomat, masak dalam keadaan tertutup selama 10 menit atau sampai brokoli lunak, angkat.
• Haluskan dengan menggunakan blender atau saringan. Tuang dalam mangkuk bersih, tutup dan sisihkan.
• Tuang air masak hangat ke dalam mangkuk saji bersih. Masukkan milna bubur khusus, aduk hingga rata.
• Tuang bubur sayuran, aduk hingga rata.
• Suapkan pada bayi.

Untuk 1 porsi

• Bubur Susu Pure Apel
(6-9 bulan)

Bahan:
20 g tepung maizena
200 ml air
3 sdm peres susu formula bubuk
Pure Apel:
150 g apel manis, cuci, belah empat, buang bagian tengahnya
50 ml air jeruk manis

Cara membuat:
• Pure apel: panaskan dandang dan kukus apel selama 10-12 menit. Angkat. Kupas kulit apel, lalu masukkan ke dalam blender. Tuang air jeruk, lalu haluskan hingga menjadi pure. Sisihkan.
• Cairkan tepung maizena dengan sedikit air.
• Jerang sisa air dan tunggu sampai mendidih. Tuangi cairan tepung maizena, aduk-aduk sampai mengental. Angkat.
• Campurkan susu formula. Aduk rata.
• Tuang adonan bubur ke dalam mangkuk saji bersih dan hidangkan dengan pure apel.

Untuk 2 porsi

• Nasi Tim Hati Sapi
(9-12 bulan)

Bahan:
600 ml air
25 g beras
25 g hati sapi/ayam, cincang halus
15 g tempe, iris halus
15 g daun bayam, iris halus
20 g tomat, iris halus
1 sdt mentega tawar

Cara membuat:
• Rebus beras bersama hati sapi/ayam dan tempe. Aduk dan masak sampai menjadi bubur.
• Masukkan daun bayam dan tomat, masak sampai sayuran matang. Angkat.
• Beri mentega, aduk dan hidangkan hangat-hangat.

Untuk 1 porsi

• Tim Makaroni
(9-12 bulan)

Bahan:
300 ml air, kaldu
25 g makaroni
25 g daging giling
25 g tahu, cincang halus
25 g wortel, parut halus
1 butir kuning telur
10 g keju parut

Cara membuat:
• Rebus air bersama makaroni, daging giling, dan tahu. Aduk-aduk sampai kuah mengental.
• Masukkan wortel dan kuning telur. Aduk dan masak sampai matang. Angkat.
• Tambahkan keju parut, aduk rata.
• Sajikan dalam keadaan hangat.

Untuk 1 porsi

Sumber : Nakita

Labels:

 
posted by l3l1 | Permalink |


0 Comments: