Photobucket
Thursday, December 14, 2006,8:09:00 AM
Kuning pada bayi
Sebagian bayi baru lahir mengalami kuning pada usia 2-3 hari. Biasanya , bilirubin diangkut oleh protein dalam darah dan dibawa ke hati. Di hati, bilirubin akan berubah menjadi bentuk yg larut dalam air, lalu dibuang via tinja dan urin. Semua proses ini alamiah dan hampir dialami oleh semua bayi.

Masalah baru muncul bila terjadi ketidakseimbangan antara pemecahan sel darah merah, pengangkutan bilirubin dalam darah, atau terjadi gangguan padapemrosesan dalam hati dan usus. Akibatnya terjadi penumpukan bilirubin di dalam darah atau jaringan. Bila penumpukan ini berlebihan, maka kulit , mata dan selaput lendir akan tampak kuning.

Nah, kuning pada bayi bisa terjadi secara fisiologis alias bukan karena penyakit. Tidak susah untuk mengetahuinya, karena si kecil akan kelihatan kuning mulai dari kepala sampai ujung kakinya. Kondisi ini biasanya terjadi ketika si kecil masih ada di rumah bersalin, sehingga dokter bisa langsung mengukur kadar bilirubinnya. Bila kadarnya tinggi, ia harus menjalani fototerapi, yaitu penyinaran dengan lampu biru.

Bisa juga kuning pada bayi terjadi akibat kelainan. Sebagian besar kasus ini terjadi akibat ketidakcocokan darah antara janin dan ibu. Misalnya golongan darah bayi A atau B, sementara golongan darah ibu O. Bisa juga ibu ber-rhesus negatif dan janin ber-rhesus positif. Kalau kondisi ini yg terjadi, kuning akan muncul dalam waktu 24 jam setelah si kecil lahir, atau meningkat dengan cepat di hari pertama. Penanganannya dengan transfusi darah.

Sebagai catatan, transfusi inijuga bisa dilakukan pada bayi sehat. Namun kadar bilirubinny sangat tinggi, yaitu > 25 mg/dl. Ini dilakukan bila prosedur foto terapi dan transfusi cairan telah dijalani, tapi kadar bilirubinnya tetap tinggi

Pada intinya semua penanganan dilakukan untuk menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Selain itu, bilirubin harus dijaga agar tidak masuk jaringan otak, karena bisa membuat si kecil menderita kerusakan syaraf di otak. Gejalanya adalah melemah atau melengkingnya tangisan, kejang, sulit mengisap, dan rendahnya daya refleks

Akibat kerusakan syaraf di otak membuat tumbuh kembang anak terganggu. Misalnya, terjadi kelambatan bicara, gangguan pendengaran, gangguan belajar, dsbnya. Gangguan ini dapat menetap dan sulit diobati.

Sumber : ayahbunda

Labels:

 
posted by l3l1 | Permalink |


0 Comments: