Kelinci,Gemini,ENTJ
Kholeris,Sanguinis
Jakarta,Indonesia
Buku,musik,film
Coklat,es krim,salad buah
Gone with the wind,
Topeng Kaca, Shogun, Taiko,
Chicken Soup For The Soul
Legenda Naga
BPA Free seller
Kemaren waktu maen2 ke blog-nya dedek alex, doi cerita tentang masalah petunjuk Tuhan buat kita, apakah seseorang itu jodoh buat kita ato bukan? trus di blog montan hari ini ada juga bahasan mengenai topik yang hampir sama.
Ini salah satu kutipan pertanyaan montan :
Gimana caranya nemuin keberanian buat masuk lagi ke relationship yang baru? Gimana caranya yakin bahwa kita bener-bener sayang ama seseorang? Gimana caranya tau kalo orang itu emang dari Tuhan dan memang jodoh kita? Gimana caranya kita find out kalo dia emang orang yang betul-betul "klik" buat kita, bukan sekedar bus yang lewat dan karena udah lama ga kebagian bus, kita akhirnya berpikir untuk naik dan kita merasa itu bus yang tepat? Buat yang tau jawabannya, kasi masukan buat gue donx....
Gue mau sharing yaaa... sharing lho.. bukan nasehatin :p karena gue sadar jalan gue masih panjang bangettt buat berani nasehatin orang. Gue hanya pengen berbagi pengalaman gue aja, 'kali aja ada yang bisa memetik hikmah dari cerita gue :)
Gue dibesarkan dalam lingkungan yang rada tough, di mana everybody must take care of theirselves. Yang akhirnya kebawa2 sampai gue dewasa. Gue jadi pribadi yang cenderung individualis, menikmati kesendirian gue walaupun pergaulan gue tetep jalan. Tapi tetep aja ada sudut hati gue yang terdalam yang tidak membiarkan seorangpun menjamahnya. Gue belajar untuk berhati2 menjaga pintu hati gue agar jangan terluka.
Sering gue bersikap memberi angin pada lawan jenis, tapi ketika mereka mulai lebih "berani".. gue akan mundur dan menjauh secara perlahan2. Begitu terus dan sering terjadi. Kadang... gue pikir, gue sedikit menikmati saat2 ketika hati mereka terluka dan kecewa, tapi kemudian gue jatuh kasian juga. *Ha!!.. ada kepribadian ganda di sini!* Gue sendiri nggak tau apa yang menjadi latar belakang dari sikap gue tersebut. Apa karena gue yg terlalu takut akan terluka sehingga sebelum orang melukai gue, lebih baik gue pergi duluan atau memang di dasar hati gue ada rasa minder dan kurang percaya diri? merasa kurang pantas dicintai? dunno.. n not sure.....
Seiring dengan bertambahnya usia gue, perlahan2 .. satu persatu.. temen2 gue "meninggalkan" gue. Bukan bener2 meninggalkan, tetapi mereka akhirnya harus punya kehidupannya sendiri : pacaran, merit, kemudian punya anak.
Ketika melihat asyiknya orang berpacaran, gue jadi pengen juga hahaha. Selain itu gue mikir juga.. hei.. sampai kapan lu mesti merasa seperti itu? Dengan pemikiran baru seperti itu, gue belajar untuk membuka pintu hati gue dengan konsekuensi suatu hari gue mungkin akan terluka.
Proses berpacaran itu sendiri menurut gue banyak membentuk pribadi gue yang sekarang. Banyak yang bisa gue petik dari kegagalan2 gue. Gue belajar memperbaiki sisi2 negatif dari diri gue yang menjadi batu sandungan dalam hubungan gue yang gagal. Dari seorang yang cuek menjadi lebih perhatian, dari seorang yang selalu berharap orang yang mengalah terus ke gue, menjadi orang yang lebih mau berusaha melihat sudut pandang orang laen, dll. Gue juga belajar untuk lebih menghargai apa yang telah diberi ke gue, karena kita nggak pernah tau seberapa berharganya seseorang itu buat kita sampai suatu hari kita kehilangan dia *been there before*.
Berdasarkan pengalaman gue, perbedaan persepsi dalam memandang suatu tindakan, standar perilaku dan tindakan yang berbeda berpotensi memicu konflik. Misalnya, masalah perhatian. Karena dibesarkan dalam lingkungan yang mengharuskan gue untuk mandiri dan tidak manja, maka gue selalu berasumsi orang lain juga harus begitu. Sakit sedikit gue jarang mengeluh, kalo emang rada mengganggu gue akan minum obat dan akhirnya akan sembuh sendiri. Jadi ketika pasangan gue sakit, paling gue hanya menganjurkan dan memberi saran saja apa2 yang harus dia lakukan, karena seperti itulah yang gue lakukan selama ini! Jadi harusnya dia juga begitu dong *pikiran gue*.
Tapi nggak semua orang dibesarkan dengan cara seperti itu, ada orang yang ketika dia sakit, orang2 terdekat/keluarga dia akan memperhatikan dia dan merawatnya, even itu hanya pusing2 atau sedikit demam saja. Bentuk perhatian seperti itu dalam persepsi mereka adalah perwujudan dari rasa sayang keluarganya terhadap dia. So.. ketika dia memiliki pasangan, dia akan berasumsi bahwa pasangannya tidak cukup menyayanginya jika tidak melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh keluarganya ketika dia sakit.
See?? perbedaan lingkungan kita dibesarkan dan nilai2 yang kita anut bisa sangat berbeda untuk setiap orang dan semua itu berpontensi untuk menimbulkan masalah dalam hubungan kita. Dengan "terjun" langsung ke dalam proses itu sendiri, kita jadi lebih mengerti secara perlahan2 apa yang bisa memicu suatu masalah dan apa yang kita inginkan dalam suatu relationship. Semakin sering kita mengalami kegagalan , semakin kita lebih siap menangani masalah yang ada.
So.. nurut gue, kita nggak bisa menunggu suatu bus lewat untuk kemudian langsung mutusin bus tersebut tepat atau tidak. Kita kudu naik duluan untuk tau seperti apa interior bus tersebut, bagaimana cara sopirnya mengendalikan bus tersebut, apakah tempat duduknya enak,acnya jalan nggak?. Jika semua kriteria yang kita inginkan dari sebuah "bus yg tepat" ada di bus tersebut, barulah di saat itu kita bisa bilang bahwa itulah bus yang kita cari, itulah bus yang tepat buat kita.
Nah... untuk mutusin mau "mencoba" naik suatu bus atau nggak, kita paling nggak harus punya sedikit gambaran kasar dong. Misalnya kita mau bus yang tempat duduknya nyaman, ber-ac dan bersih, maka ketika ada bus yang body-nya dah jelek banget, lampu2nya pada nggak ada... kita nggak perlu wasting time dengan mencoba naik bus tersebut karena kemungkinan bus tersebut cocok dengan kriteria kita kecil sekali.
Jadi kalo ditanya gimana caranya nemuin keberanian untuk memasuki suatu relationship? gue rasa kita memang harus memberanikan diri untuk menempuh resiko itu . Selalu ada harga yang harus kita bayar, tetapi selalu ada hasil yang worth it di balik itu semua. Just open your heart, that's all you hav to do. n when you find that... you'll know that by your heart that he/she is the one for you.
Tuhan jadikan semua indah pada waktunya. klise? but it's true...